Jumat, 04 Mei 2018

Katekese Liturgi 2018, Minggu II

Minggu Kedua : LITURGI SABDA (Bacaan Pertama s/d Doa Umat)

Menurut Konstitusi Liturgi artikel 7, dinyatakan bahwa Kristus hadir dalam perayaan Ekaristi melalui 4 cara, yakni:
 I.            Hadir dalam diri Umat yang berkumpul (Mat 18:20: dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitulah Aku berada di antara mereka).
II.     Hadir dalam diri pribadi Imam yang memimpin Misa atau perayaan sakramental (in persona Christi).
III.     Hadir melalui Ekaristi (dalam rupa roti dan anggur yang melambangkan Tubuh dan Darah Kristus sendiri)
IV.            Hadir melalui bacaan Kitab Suci (Yesus sendirilah yang bersabda melalui bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam gereja).
Maka,
1.     Ketika Kitab Suci dibacakan:
- Umat DUDUK mendengarkan dengan khidmat.
- Bersikap seperti Maria yang duduk dengan tekun mendengarkan perkataan Yesus (Luk 10:39), bukan seperti Marta yang sibuk sendiri.
- Umat dianjurkan membaca Kitab Suci sebelum misa.
- Sehingga pada saat lektor membaca dari Lectionarium, umat menyimak dengan khidmat, tidak asyik membaca sendiri atau membolak-balik teks bacaan.

2.     Mazmur Tanggapan dinyanyikan/ didaraskan:
- Merupakan ungkapan umat yang menanggapi Sabda Tuhan dalam bacaan pertama. Bait-baitnya dinyanyikan oleh solis dengan artikulasi dan ekspresi yang jelas.
- Umat mengulang refrain bersama-sama. 
3.     Bait pengantar Injil (Alleluia atau Terpujilah)
Adalah ungkapan kebersamaan umat yang menyiapkan diri menerima sabda Tuhan dalam - Injil, yang akan dibacakan oleh Imam / Diakon.
- Maka umat menyanyikannya sambil BERDIRI, sebagai sikap hormat yang tertinggi menyambut Kristus dalam pembacaan Injil.
- Alleluia artinya marilah kita memuji Allah, oleh karenanya pada masa Adven & Prapaskah seruan Alleluia digantikan dengan Terpujilah Kristus Tuhan …… , karena kita dalam suasana prihatin, sampai memuncak pada kemeriahan perayaan Natal atau Paskah.

4.     Pembacaan Injil
- Dibacakan dari buku Lectionarium atau buku Evangeliarium
- Dibacakan secara istimewa oleh Imam/Diakon dengan diawali, “Inilah Injil Yesus Kristus menurut….,
- Dan umat menjawab, “Dimuliakanlah Tuhan.” dengan mantap.
- Kemudian umat membuat tanda salib kecil di dahi, di mulut dan di dada, yang bisa diartikan sebagai:
- Sabda-Mu kusematkan ke dalam pikiranku,
- Sabda-Mu kuwartakan dengan mulutku,
- dan Sabda-Mu kuresapkan ke dalam hatiku.
- Pada akhir pembacaan Injil, imam/Diakon mengangkat Lectionarium/Evangeliarium dan meneriakkan, “Demikianlah Injil Tuhan.
- Umat menjawab, “Terpujilah Kristus.

5.     Homili
Selama homili ini Imam bertindak in persona Christi, yang artinya bertindak sebagai Kristus sendiri.
- Imam menjelaskan arti dan makna dari ketiga bacaan yang sudah dibacakan, untuk memahami karya penyelamatan Allah, sejak masa Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus.
- Homili juga dimaksudkan untuk membantu umat menghayati sabda Allah dan menemukan kaitan penyelamatan Allah dengan kehidupan sehari-hari.
- Maka, sikap yang tepat selama Homili adalah DUDUK mendengarkan dengan khidmat dan mencoba menerapkannya dalam hidup sehari-hari.
- Umat tidak dibenarkan untuk mengobrol, sibuk sendiri, main game/SMS, atau bahkan tertidur.

6.     Syahadat atau Doa Aku Percaya
- umat BERDIRI untuk mengungkapkan iman kepercayaannya kepada Allah Tritunggal dan Gereja katolik universal, dengan rumus Syahadat Singkat (Para Rasul) atau Syahadat Panjang (Nicea-Konstantinopel).
- Pada saat mengucapkan yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria, seluruh umat MEMBUNGKUK.
Sikap hormat ini sebagai tanda keyakinan iman, bahwa Yesus adalah benar-benar Allah yang Kudus, yang lahir ke dunia melalui rahim bunda Maria perawan yang suci.
Khusus pada misa Hari Raya Natal, rumusan ini diucapkan sambil BERLUTUT, untuk lebih menunjukkan keyakinan iman terhadap Yesus yang lahir di malam Natal itu.

7.     Doa Umat
- Doa Umat dilambungkan oleh petugas dari mimbar sabda dan dijawab secara aklamasi oleh seluruh umat.
- Sikap umat selama doa umat ini adalah BERDIRI. Hal ini untuk menunjukkan seruan kebersamaan seluruh umat kepada Allah Bapa, penyelenggara kehidupan dan penguasa alam semesta.
- Pada hari raya, Doa Umat bisa dinyanyikan dan tentunya umat menjawabnya dengan nyanyian pula.

Semoga kita semakin sadar dan mengerti akan liturgi yang baik, benar dan indah.
Berkah Dalem

Katekese Liturgi 2018, Minggu I

KATEKESE LITURGI, BULAN LITURGI NASIONAL 2018
Minggu Pertama : PEMBUKAAN (Perarakan masuk s/d Doa Pembukaan)

1.      Perayaan Ekaristi adalah puncak hidup kita sebagai umat kristiani, Allah hadir kepada kita dan kita menyambut-Nya. Kita bersama dengan Yesus Kristus mempersembahkan kurban yang suci murni, demi keselamatan umat manusia. Oleh karenanya kita wajib mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
- Kita dianjurkan untuk berpuasa, (minimal satu jam sebelum misa), berpantang atau mengaku dosa.
- Diwajibkan untuk mengenakan pakaian rapi, bersih, resmi, sopan karena kita akan berjumpa dengan Allah Bapa yang mahaagung.
- Sangat dianjurkan mengenakan sepatu tertutup, baju ber-krah, panjang rok di bawah lutut; dan jangan mengenakan sandal jepit, kaos oblong, baju tanpa lengan, atau pakaian santai. Kita berfokus pada Kristus dan tidak mempertontonkan diri. (bdk. Kel 3:2 Musa melepas sandalnya di hadapan Yahwe).
2.      Saat memasuki gedung gereja.
Ada “batas suci” yang tidak tertulis, kita wajib menyadarinya
- Di dekat pintu ada air suci, kita mencelupkan jari kita dan kita membuat tanda salib, sebagai tanda bahwa kita masuk ke dalam persekutuan ilahi Bapa, Putera dan Roh Kudus; kita masuk dalam kesucian, sama seperti waktu kita dibaptis dengan air suci. Dengan demikian kita masuki suasana surgawi, tenang, hening, damai, dan kita tinggalkan suasana duniawi yang ramai.
- Maka suasana di dalam gereja harus HENING. Alat komunikasi seperti Handphone harus di-silent atau dimatikan.
- Tidak membawa makanan/ minuman.
- Anak-anak harus didampingi agar tidak berjalan-jalan mondar-mandir atau berisik membuat gaduh.
3.      Sebelum menempati bangku yang kosong, terlebih dahulu menghormat:
- Berlutut dengan satu kaki, bila ada Sakramen Mahakudus di dalam Tabernakel (ditandai dengan menyalanya lampu tabernakel.
- “Membungkuk dalam” bila lampu tabernakel padam, sebagai lambang kita menghormati - -- Altar sebagai tempat suci dimana Yesus mengurbankankan diri-Nya.
- Kemudian berdoa secara pribadi sambil menunggu dimulainya misa, tetap dengan menjaga keheningan.
4.      Perarakan Imam dan petugas liturgi memasuki gereja.
- Paduan suara dan umat sambil berdiri sambil menyanyikan nyanyian pembukaan, menyambut kehadiran pribadi Imam yang berperan sebagai Yesus sendiri (in persona Christi).
- Nyanyian perarakan atau nyanyian pembukaan ini membawa kita ke dalam suasana surgawi
5.  Imam membuka perayaan dengan Tanda Salib meriah/dinyanyikan, dan Salam, serta mengantarkan tema perayaan.
- Umat membuat tanda salib dengan mantap: di dahi, dada, pundak kiri dan pundak kanan, kemudian menjawab Amin, yang artinya menyetujui dan meyakini.
6.    Imam mengajak umat untuk mengadakan penelitian diri dan mengakui kesalahan dalam Doa Tobat, bisa dengan menyanyikan lagu Tuhan Kasihanilah Kami.
- Sikap umat BERLUTUT, menunjukkan bahwa kita tidak pantas berada di hadapan Tuhan.
- Mengakui kesalahan dengan menebah dada, sebagai ungkapan kerendahan kita di hadapan Allah.
- Kemudian Imam mengajak Umat, untuk bersama-sama melambungkan madah pujian Kemuliaan dengan megah.
- Selanjutnya Imam mengucapkan Doa Pembukaan yang dijawab umat dengan mantap: Amin.


Semoga kita semakin sadar dan mengerti akan liturgi yang baik, benar dan indah. Berkah Dalem

Kamis, 03 Mei 2018

Doa 90 Tahun Paroki

Mendekati hari jadi ke 90 tahun Paroki Santo Yusup, Jember,
seluruh umat paroki ber "novena" dengan membacakan "Doa 90 tahun Paroki" selama 9x misa mingguan.
Doa ini dimulai pada Minggu 8 April 2018 dan diakhiri pada 3 Juni 2018 saat Misa Raya perdana setelah selesai pembangunan dan renovasi gereja yang rencananya akan dipimpin langsung oleh Bapa Uskup, Mgr.Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm.


Rabu, 30 November 2016

Doa Kebangsaan

Doa Kebangsaan Kebhinekaan

Rabu, 30 Nopember 2016 sejak pk 07.00 diadakan Doa Kebangsaan dan Kebhinekaan di Alun-alun Jember yang melibatkan unsur-unsur dan elemen-elemen masyarakat.
Semuanya berkumpul bersama untuk mengikrarkan kembali Kesatuan Kebhinekaan Indonesia yang saat ini dirongrong oleh pihak atau kelompok-kelompok yang ingin meruntuhkan kesatuan dan kebhinekaan Indonesia.
Acara ini dihadiri dan didukung oleh Wakil Bupati Jember, Bp. Kyai Muqit Arief, Kapolres, Dandim, Tokoh-tokoh mayarakat, tokoh-tokoh agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha
Inti acara tersebut adalah bahwa warga Jember menolak secara tegas segala kekerasan yang mengatasnamakan agama untuk merongrong Pancasila yang saat ini marak terjadi.
PANCASILA dan NKRI Harga Mati...!!!

Video


Saat Rm.Suwaji memimpin doa kebangsaan

Pemotongan Tumpeng

Negeri ini adalah pusaka yang harus dipertahankan dari rongrongan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan golongan, etnis dan agama yang ingin meruntuhkan kesatuan NKRI (Kyai Muqit Arief)

Salam Lima Jari

Pancasila Abadi,
NKRI Harga Mati,
Indonesia Adalah Kita,

MERDEKA...!!!









Raker 2016












Raker kali ini diadakan 2 tahap, Tahap I pada 13 Nopember 2016 dan Tahap II pada 27 Nopember 2016
keduanya dilaksanakan di Aula SMAK Satya Cendika, Sempusari
Raker diawali dengan Misa pada pk. 06.30 yang dipimpin langsung oleh Rm. Henrikus Suwaji, O.Carm.
Setelahnya kami bersama-sama sarapan dan kemudian memulai raker.
Raker dipimpin oleh Bp. Antonius Aswinarno sebagai Sekretaris II DPP, sedangkan Bp. Vincentius Law sebagai Sekretaris I disibukkan dengan notulensi dan hal kesekretariatan.
Seperti biasa rapat diawali dengan doa pembuka oleh seorang biarawati, lalu dilanjutkan dengan pengantar yang disampaikan oleh Bp. Bingtoyo selaku ketua DPP.
Sangat menarik raker kali ini karena diisi dengan diskusi-diskusi kelompok tentang apa-apa yang menjadi keprihatinan umat dan harapan-harapan umat yang kiranya perlu diprogramkan dalam skala paroki. Jadi itu semua nantinya menjadi bahan Dewan Pastoral Harian untuk menyusun program setahun mendatang.
Rm. Agi memimpin diskusi-diskusi, sedang Rm. Suwaji memberikan pembekalan raker dan sekaligus menyampaikan Visi, Misi dan Arah Pastoral sebagai berikut:

VISI

TERWUJUDNYA KOMUNITAS UMAT BERIMAN YANG TERBUKA DAN TERLIBAT DI TENGAH MASYARAKAT YANG BERANEKA RAGAM SUKU, SOSIAL EKONOMI, BUDAYA, DAN AGAMA

MISI

MEWUJUDKAN PANCA TUGAS GEREJA DALAM KELUARGA, LINGKUNGAN/ WILAYAH/ STASI, KATEGORIAL, SEKOLAH DAN MASYARAKAT


Fokus Pastoral

Membangun hidup komunitas yang terbuka dan terlibat dalam diri anak-anak dan orang muda Paroki Jember

Disampaikan pula dalam raker tersebut oleh-oleh dari Rapat Tahunan Keuskupan Malang yang diadakan beberapa hari sebelumnya.

Rapat Tahunan Keuskupan Malang



















Wakil Paroki yang mengikuti Rapat Tahunan tersebut adalah:
1. Rm. Henrikus Suwaji, O.Carm sebagai Pastor Kepala
2. Rm. Yulius Agi Haryanto, O.Carm sebagai Pastor Rekan
3. Bp. Patrik Bingtoyo sebagai Ketua DPP
4. Bp. F.A. Hatta Adi Mas Prihandono sebagai Kabid Pewartaan
5. Bp. F.X. Armand Prasetya sebagai Kabid Liturgi

Rm. Suwaji dan Rm. Agi berangkat lebih dahulu untuk mengikuti pertemuan khusus dengan Uskup Mgr. Henricus Pidyarto, O.Carm pada tanggal 21 Nopember 2016, sedangnkan yang lain menyusul mengikuti pertemuan pada 22 Nopember 2016.
Bapak Uskup menyampaikan Oleh-Oleh Sidang KWI 2016  yaitu "STOP KORUPSI" Membedah dan Mencegah Perilaku Koruptif diawali dari Gereja sendiri.
Pertemuan ini banyak membahas tentang keprihatinan-keprihatinan yang muncul di tingkat paroki yang kemudian ditampung dan bersama-sama dicarikan jalan keluar yang terbaik untuk perkembangan gereja seutuhnya.
Dicanangakan pula Visi dan Misi Keuskupan Malang sebagai berikut :

VISI

TERBANGUNNYA KOMUNITAS KRISTIANI YANG SEMAKIN INJILI

MISI

MENGHAYATI PANCA TUGAS GEREJA

Dalam pertemuan ini ditunjuk kembali Paroki Jember sebagai Kevikepan Regio Timur, tentunya sekaligus Pastor Kepala Paroki Jember adalah sebagai Pastor Vikaris Episkopal atau VIKEP.
Dilantik pula Dewan Imam dan Dewan Pastoral Keuskupan Malang, dan Rm. Henrikus Suwaji, O.Carm sebagai pastor Vikaris Episkopal secara otomatis menjadi anggota Dewan Imam Keuskupan, sedangkan awam yang mewakili Dekenat Jamsibon adalah Bp. FX Armand (Jember) dan Bp. Frans Tukan (Bondowoso).


Demikian sedikit cerita tentang Pertemuan Tahunan Keuskupan Malang 2016







Penutupan Yubileum Tahun Kerahiman






Minggu 20 November 2016

Banyak kegiatan yang telah kita lakukan bersama. Kita berbondong-bondong berziarah ke tempat-tempat perziarahan yang telah ditentukan, bersama-sama menerima Sakramen Pengakuan Dosa dan mendapatkan indulgensi penuh, saling mengunjungi antar keluarga, berdoa bersama dan lain sebagainya. Kita bersama-sama melaksanakan Tahun Yubileum Kerahiman ini dengan penuh sukacita. Terasa sangat luar biasa.
Namun demikian, banyak diantara kita yang mungkin belum memahami arti Tahun Yubileum itu sendiri. Maka kini di hari penutupan Tahun Yubileum Kerahiman ini, marilah kita bersama mencoba sedikit memahaminya.
Tahun Yubileum juga disebut sebagai Tahun Suci, yang menjadi salah satu peristiwa paling penting dalam Gereja Katolik. Ada dua macam Tahun Yubileum: Yubelium Biasa dan Yubelium Luar Biasa atau Yubelium Agung
Yubelium Biasa dirayakan setiap 25 tahun sekali, sedangkan Yubelium Luar Biasa dirayakan untuk peringatan tertentu.
Yubileum atau Tahun Suci mulai dirayakan pada tahun 1300 oleh Paus Bonifasius VIII, dan kemudian menjadi tradisi Gereja Katolik sejak tahun 1475, yang merupakan sarana pengampunan menyeluruh yang terbuka bagi semua umat. Tahun Suci adalah waktu spesial untuk mencapai Allah dan sesama.
Yubelium Biasa terakhir diselenggarakan pada tahun 2000 saat gereja memasuki millenium baru, millenium ketiga, dan hingga saat ini telah diselenggarakan 24 kali Yubelium Biasa.
Tahun 2015-2016 ini, telah dicanangkan kembali sebagai Tahun Yubelium. Dan karena belum genap 25 tahun dari Yubelium terakhir, maka menjadikannya sebagai Tahun Yubelium Luar Biasa, yang merupakan kali ke-5 dicanangkan oleh gereja. Yang terakhir sebelumnya adalah pada tahun 1983 yang dicanangkan oleh Paus Yohanes Paulus II untuk merayakan 1950 tahun wafat dan kebangkitan Yesus Kristus.
Lalu kenapa Paus Fransiskus mencanangkan Yubileum Luar Biasa pada tahun ini?
Paus Fransiskus mengumumkan Yubileum Kerahiman pada Maret 2015 dan kemudian menjelaskan alasannya pada saat membacakan Bulla (Surat Paten) Kepausan pada bulan April. Alasan beliau adalah sebagai berikut, bahwa saat ini gereja sedang berada dalam perubahan sejarah, dipanggil untuk menawarkan tanda kehadiran dan kedekatan Allah dengan intensitas yang lebih besar. Ini bukan saatnya larut dalam kebingungan.
Ketua organisatoris Tahun Yubileum, Uskup Agung Rino Fisichella menambahkan: “Kita hendaknya memahami bahwa alasan paling utama dari perayaan ini adalah untuk memunculkan pemahaman dalam diri kita masing-masing bahwa kita memiliki kebutuhan yang begitu mendalam akan kehadiran Allah.”
Sakramen Rekonsiliasi / Pengakuan Dosa akan mendapat tempat paling utama dalam seluruh hari selama Yubileum, tetapi ada beberapa gereja yang didedikasikan secara khusus untuk merayakan sakramen Rekonsiliasi
“Gereja sedang berada dalam perubahan sejarah”, begitu sepenggal kalimat yang disampaikan oleh Paus Fransiskus. Hal serupa telah juga disampaikan oleh Rm. Henrikus Suwaji, O.Carm dengan mencanangkan motto Berubah Untuk Berbuah. Maka sudah selayaknya kita sebagai persekutuan umat Allah juga mau menerima dan mengambil bagian dalam perubahan-perubahan demi kemajuan gereja kita.
Dan setelah berakhirnya Yubileum Agung Kerahiman ini nanti, kita diharapkan untuk tidak berhenti berziarah, tidak berhenti untuk saling mengampuni dan memohon Sakramen Pengakuan Dosa, tetap melaksanakan kunjungan keluarga dan Safari Keluarga Kudus serta terus berjuang  bersama-sama memperlihatkan dan menawarkan tanda-tanda kehadiran dan kedekatan Allah kepada semua orang dengan intensitas yang lebih besar, dengan hati yang lebih membara.


Demikian yang disampaikan saat sebelum misa penutupan Yubelium Kerahiman. Misa berlangsung sangat khidmat, dan seluruh umat berusaha untuk benar-benar meresapi makna Tahun Kerahiman yang telah dilalui selama setahun bersama-sama.
Akhirnya...
Diulang... harapannya adalah, bahwa setelah berakhirnya Yubelium Agung Kerahiman ini nanti, kita diharapkan untuk tidak berhenti berziarah, tidak berhenti untuk saling mengampuni dan memohon sakramen Pengampunan Dosa



Penutupan Tahun Kerahiman ini juga dimeriahkan dengan pameran foto-foto lingkungan yang diadakan di aula gereja, juga penyerahan hadiah untuk 3 pemenang lomba foto kerahiman. Pada hari sebelumnya (Sabtu malam) telah diadakan Doa Taize bersama di dalam gereja yang dimotori oleh OMK dan kategorial, juga penerimaan Sakramen Pengampunan Dosa yang diterimakan oleh Rm. Suwaji dan Rm. Benie.